Kolom Investasi Kerjasama

Selamat Datang Dan Berbagi Ilmu Pengetahuan

Salam kunjung!

Dengan mengunjungi Blog saya, saya berharap anda kan tumbuh jiwa wirausaha baru sehingga tercipta lapangan kerja baru yang tangguh dan berjaya di bumi pertiwi INDONESIA, meski pemerintah kita belum siap untuk konsisten menjalankan pemberdayaan sejati yang berbasis Output/ Hasil nyata dari program yang diterapkan dan berpaku pada laporan / data belaka.

Salam Enterpreneur Sejati!!

Minggu, 28 Maret 2010

Desainer Muda, Bergerak Lewat Komunitas


Minggu, 22/11/2009 | 09:37 WIB

KOMPAS.com - Tepukan riuh dan teriakan pemberi semangat membuat udara di Fashion Tent, tempat utama pergelaran Jakarta Fashion Week 09/10 di Pacific Place yang disesaki sekitar 800 pengunjung, bertambah panas.

Selasa (17/11) sore itu, Stella Rissa, Jeffry Tan, dan Mel Ahyar menggelar rancangan mereka dalam ”3 Young and Vibrant Designers” yang disponsori Mazda.

Suasana mirip juga terjadi dalam acara Cleo Fashion Awards 2009 di panggung Koridor M, Rabu (18/11). Meskipun acara molor lebih satu jam dari jadwal, penonton semakin malam semakin ramai, sebagian besar orang muda. Mereka menunggu penampilan label Raiki, Kikichan, KLÉ, Nina Nikicio, Danjyo&Hiyoji, Majic., Geulis, dan Petite Cupcakes. Semua adalah merek yang dimiliki orang muda berusia 20-30 tahun. Penghargaan kemudian diberikan juri kepada KLÉ yang didirikan Kleting Titis Wigati pada Januari 2009.

Begitulah, para perancang muda itu memulai usaha. Membangun jejaring melalui komunitas adalah modal untuk memasarkan produk dan umumnya mereka berangkat dari kebutuhan praktis diri sendiri atau teman-teman.

”Komunitas penting banget untuk kami,” kata Dana Maulana (29) yang bersama Syarifah Liza (28) mengawaki Danjyo&Hiyoji.

”Blog juga membantu pemasaran kami,” kata Kleting, lulusan Esmod Jakarta dan Instituto Artistico dell’ Abbigliamento Marangoni, Milan, dan sempat bekerja di Miss Sixty, produk asal Inggris, di Hongkong.

Karena berkembang melalui komunitas, satu teman membicarakan dan merekomendasi suatu produk kepada teman lain. Dalam pemasaran modern, terutama menyangkut anak muda yang tak terikat lagi pada media konvensional, word of mouth diyakini lebih ampuh daripada iklan konvensional. Contohnya ketika BurgerKing Amerika awal tahun ini menawarkan burger whopper gratis kepada anggota facebook yang membuang teman facebook mereka, cara ini mendapat sambutan hangat dari anggota jejaring pertemanan dunia maya itu.

Label sekunder
Duet Cecilia Yuda (27) dan Lisa (26) memosisikan diri sebagai konsumen yang kesulitan mencari gaun cocktail atau gaun malam yang enak dipakai, cantik, dan harganya murah.

Setelah mengawali produksi tahun 2007 dengan satu penjahit, produk mereka, Benten, kini mempekerjakan 18 karyawan dan dijual di toko di rumah Lisa. Ditambah cara pemasaran online, Benten terjual hingga ke Singapura, Malaysia, Australia, dan Amerika Serikat.

Benten, yang diambil dari nama dewi keberuntungan Jepang yang cantik dan tangguh, menyediakan gaun untuk berbagai bentuk tubuh.

”Misalnya, untuk perempuan bertubuh pendek, tetapi ingin terlihat tinggi. Kami sengaja membuat beberapa contoh untuk tiap desain,” jelas Cecilia yang berpendidikan formal kehumasan di Melbourne, Australia. Adapun Lisa belajar financial banking. Tiap tahun Benten membuat 30 desain dan memasang harga Rp 1 juta-Rp 4 juta.

Adapun Stella Rissa, sejak awal sudah bulat ingin menjadi perancang busana siap pakai. Pergelaran di JFW adalah perkenalan lebih luas label sekundernya Stella.R yang diproduksi di Jakarta dan Bali.

Stella.R memakai konsep padu padan yang kuat. Meskipun bergaris sederhana dan tanpa batuan—tren mode saat ini—tetapi Stella.R penuh detail dengan teknik lipit dan lapis bahan tembus pandang.

”Stella.R diproduksi semimassal di Bali. Di sana lahan lebih luas karena kami mewarnai sendiri kain kami,” tutur Stella yang bermitra dengan dua rekan di Bali.

Dengan harga jual Rp 200.000-Rp 2,5 juta, Stella.R sanggup bersaing dengan produk sejenis dari negara tetangga. Tahun depan Stella.R akan dijual di toko independen Black Market di Singapura, menambah gerai saat ini di toko Gaya di Plaza Indonesia.

Tak heran bila Jeffrey dan Stella berharap kepada JFW. ”Harapan saya tidak muluk-muluk. Paling tidak bisa, seperti Sao Paulo atau Melbourne, didatangi pembeli internasional. Saya siap berproduksi kalau ada permintaan,” kata Jeffrey.

(Yulia Septhiani/Lusiana Indriasari/Ninuk M Pambudy)





Sumber: Kompas Cetak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran, Kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan informasi