Kolom Investasi Kerjasama

Selamat Datang Dan Berbagi Ilmu Pengetahuan

Salam kunjung!

Dengan mengunjungi Blog saya, saya berharap anda kan tumbuh jiwa wirausaha baru sehingga tercipta lapangan kerja baru yang tangguh dan berjaya di bumi pertiwi INDONESIA, meski pemerintah kita belum siap untuk konsisten menjalankan pemberdayaan sejati yang berbasis Output/ Hasil nyata dari program yang diterapkan dan berpaku pada laporan / data belaka.

Salam Enterpreneur Sejati!!

Minggu, 28 Maret 2010

Brownies Panggang dengan Cita Rasa Gurih




Kamis, 25/3/2010 | 15:55 WIB

KOMPAS.com - Bisnis kue dengan resep khas olahan rumahan bisa dilakukan siapa saja. Namun tak semua usaha kue bisa populer, bahkan sukses menjaring pelanggan setia tanpa biaya promosi tinggi. Maulin's Brownies membuktikan, cita rasa yang konsisten dan kualitas terjaga lebih dari 10 tahun berhasil melambungkan namanya.

Sejak 1998, brownies panggang dengan resep khas dari Semarang ini mulai diproduksi di Bekasi. Adi Sunyoto, pemilik Maulin's Brownies, mengaku awalnya menjual kuenya kepada rekanan di kantor. Jika dulu ia hanya membuat 4 kotak brownies, kini produksinya mencapai 1.000 kardus kue per harinya.

"Sejak krisis moneter 1998, beragam usaha dilakukan hingga akhirnya kakak tertua di Semarang mengusulkan usaha kue yang memang sudah dijalaninya di sana. Ide usaha ini mulai dipraktekkan di rumah, melihat saat itu di Jakarta sendiri memang belum ada usaha brownies," papar Adi, saat ditemui Kompas Female di Bekasi, Rabu (24/3/2010) lalu.

Bermodalkan Rp 100.000 untuk membeli bahan baku seperti tepung, gula, cokelat, dan dengan alat masak rumahan ala kadarnya, brownies panggang mulai diproduksi dalam tahap uji coba.

"Perlu waktu 3 hari untuk menemukan takaran brownies panggang yang pas. Sebelum dikenalkan kepada orang lain, kami harus yakin bahwa kue ini enak dan menjual," ujar Adi.

Adi saat itu dibantu sang istri, Nur Arifiasih, untuk menjual brownies di kantornya, sebuah bank di Jakarta. Kerjasama suami istri dalam membangun bisnis ini mulai membuahkan hasil. Brownies bermerek Maulin, yang diambil dari nama anak perempuan mereka satu-satunya, berhasil menarik minat meski masih perlu pengembangan produk.

"Selera di Jakarta beda dengan selera Semarang yang cenderung manis. Permintaan pasar umumnya menginginkan brownies dengan rasa lebih gurih dan tak telalu manis," kata Adi, yang mengaku bahwa bersikap terbuka dengan masukan dari pembeli membuat usaha kuenya semakin berkembang.

Kebutuhan pasar menjadi ukuran utama bisnis brownies dalam mencari takaran yang tepat untuk cita rasanya. Resep asli dari Semarang disesuaikan dengan karakter pasar berdasarkan lokasi. Cara memasak, termasuk ukuran panas api dalam panggangan, juga menentukan cita rasa kue khas Maulin.

Dengan cara ini, Maulin's Brownies menarik semakin banyak penggemar. Pesanan bertambah dengan rata-rata hingga 50 kardus setiap hari selama dua tahun pengembangan produk. Kapasitas produksi rumahan yang terus bertambah membuat pemilik usaha menyewa toko. Tempat produksi dipindahkan ke tempat yang lebih luas, dengan penambahan empat koki dan 10 karyawan.

"Manajemen dan keuangan lebih teratur karena produksi sudah mulai berkembang sejak 2000," ujar Adi.

Modifikasi produk setiap tahun
Selain mengembangkan jumlah produksi dan karyawannya, Adi juga terus berusaha meningkatkan kualitas dan variasi produknya. Ia bahkan tak sungkan membiayai sekolah kokinya untuk belajar lebih dalam tentang pembuatan kue.

"Koki sebagai kunci bagian produksi perlu belajar lebih banyak untuk pengembangan produk. Mereka difasilitasi untuk belajar di sentra kue seperti Bandung atau Yogyakarta," kata Adi.

Bekal ilmu inilah yang kemudian membuat Maulin's Brownies memiliki variasi produk yang tak kalah populer. Pengembangan produk terus dilakukan sejak 2005, dengan mengadaptasi dan modifikasi produk sesuai potensi pasar Maulin.

Brownies Kukus Maulin misalkan, produk ini dikembangkan saat brownies kukus sedang dalam masa jaya pada 2005. Bandung merupakan pusat produsen brownies kukus dimana Maulin mempelajari proses pembuatannya, untuk kemudian memproduksi sendiri sesuai selera pasarnya.

Pengembangan kue lain di Maulin di antaranya Lapis Surabaya, Pisang Molen, Bika Ambon, Roll Cake, Black Forrest, bahkan brownies dengan varian rasa buah. Semua jenis kue ini dimasak tanpa pengawet. Untuk brownies panggang daya tahannya bisa mencapai seminggu, sedangkan brownies kukus tiga hari. Kue produksi Maulin ditawarkan dengan harga mulai Rp 10.000 - Rp 36.000, dan mulai Rp 55.000 - Rp 200.000 untuk Black Forrest.

Variasi kue ini dijual di lima toko cabang di kawasan Bekasi dan Jakarta Timur, termasuk toko dari 15 mitra kerja. Total omzet Maulin's Brownies mencapai lebih dari Rp 300 juta per bulan.

Diberi asuransi
Merekrut tenaga ahli dalam produksi, marketing, komputerisasi keuangan, dan bekerja sesuai porsi, menjadi kunci keberhasilan lain usaha rumahan ini. Saat ini total koki berjumlah lima orang dengan total karyawan 40 orang. Tenaga ahli pun diapresiasi tinggi. Setiap karyawan diberi asuransi kecelakaan kerja dan kesehatan. Bahkan beberapa rumah di kawasan pemukiman yang menjadi tempat produksi pun mendapat asuransi.

"Produksi kue seperti ini jelas punya risiko. Asuransi menjadi proteksi yang harus diberikan untuk perlindungan. Ke depan memang harus segera pindah lokasi produksinya," papar Adi, yang berencana membangun rumah produksi tak jauh dari toko yang sudah menjadi hak milik tersebut.

Brownies Maulin menjadi contoh bagaimana kualitas mampu menjual produk tanpa perlu promosi tinggi. Kebanyakan pembeli bahkan tak segan datang ke toko utama di Taman Narogong Indah, Kelurahan Bojong Rawalumbu, Kecamatan Rawalumbu, Bekasi.

"Toko utama memberikan kontribusi 60 persen dari penjualan. Meskipun tanpa papan nama dan promosi, orang tetap datang," kata Adi.

Layanan antar untuk pemesanan minimal 15 kardus juga tersedia, tanpa dipungut biaya. Pelayanan memang menjadi nilai jual sekaligus promosi gratis yang menyenangkan pelanggan.

Maulin's Brownies, 021-8228616/021-7882044

C1-10

Editor: din

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran, Kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan informasi